Friday, June 5, 2015

Interaksi Sosial Dan Sosialisasi

1.      Interaksi Sosial
kata interaksi berasal dari kata "inter dan action". Interaksi social adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok social, dan masyarakat.
Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungannsatu dengan yang lain.
Interaksi sosial antara individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivtas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi social.
Interaksi antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut  sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok terjadi antara kelompok lazim juga terjadi di dalam masyarakat. Interaksi tersebut terjadi lebih menyolok, apabila terjadi pertentangan antara kepentingan-kepentingan kelompok. Interaksi social terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor : imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru. Banyak prilaku kita sebenarnya diawali dengan meniru. Pada usia kanak-kanak dan dewasa kita melakukan peniruan. Seperti meniru potongan model baju, celana, model rambut, dan hal lain-lain. Dalam proses peniruan biasanya lebih terjadi dan mudah berubah, artinya proses peniruan serimgkali tidqak bertahan lama, karena ada model baru, maka berubah lagi pada model tersebut.
Sugesti adalah satu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan sugesti disini adalah penagruh psychis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahirah maupun batiniah. Di sini dapat diketahui, bahwa hubungan social yang berlangsung pada identifikasi adalah lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung atas proses-proses sugesti maupun imitasi.
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik pada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik baginya. (Ridwan Effendi, 2006).



2.      Sosialisasi
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learms to be a participant member of societyyaitu suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang amggota yang berpatisipasi dalam masyarakat.
Menurut mead setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat yaitu proses yang dinamakannya pengambilan peranan (role taking). Dalam proses ini seseorang belajar  untuk mengetahui peranan yang harus dijalankannya serta peranan yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peranan yang ada dalam masyarakat ini seseorang dapat bertinteraksi dengan orang lain.
Siapa yang menjalankan proses sosialisasi? Dalam sosiologi kit berbicara mengenai agen-agen sosialisasi (agen socialization) atau pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi.

Pada awal kehidupan manusia biasanya agen sosialisasi atas orangtua dan saudara kandung. Pada masyarakat yang mengenal sistem keluarga luas (extended family) agen sosialisasi bisa berjumlah lebih banyak dan dapat mencakup pula nenek, paman, bibi dan sebagainya. Apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi dalam masyarakat sepadan dan tidak salin bertentangan melainkan saling mendukung maka proses sosialisasi diharapkan dapat berjalan dengan baik. Namun dalam masyarakat yang didalamnya terdapat agen sosialisasi dengan pesan yang bertentangan dijumpai kecenderungan bahwa warga masyarakat yang menjalani proses sosialisasi sering mengalami konflik pribadi karena diombang-ambingkan oleh agen sosialisasi yang berlebihan. Seorang anak sering harus memilih antara mentaati orang tua atau mengikuti teman (misalnya dalam hal merorok, keluar malam, pergaulan liar atau penyalah gunaan narkotika), dan pilihan apapun yang diambilnya akan mempertentangkannya dengan salah satu agen sosialisasi. Konflik pribadi pun akan terjadi manakala seseorang disosialisasi karena mempelajari peranan baru, dan aturan dalam proses sosialisasi ini bertentangan dengan sosialisasi yang pernah dialaminya. (Ridwan Effendi, 2006).

No comments:

Post a Comment